9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan. Di balik gemerlap skuad utama Real Madrid yang mendominasi Eropa, ada cerita pilu dari talenta muda yang pernah dianggap sebagai masa depan cerah. La Fabrica, akademi klub ini, terkenal melahirkan bintang seperti Raul dan Casillas, tapi tak sedikit wonderkid yang lenyap dari radar. Pada 2025 ini, saat tim asuhan Xabi Alonso berjuang pertahankan gelar La Liga dan Liga Champions, sorotan kembali ke sembilan pemain muda yang dulu dibeli atau dibina dengan harapan tinggi, tapi kini terlupakan—entah tersesat cedera, pinjaman tak berujung, atau adaptasi gagal. Mereka ini jadi pengingat bahwa tekanan di klub raksasa tak selalu ramah bagi pemula. Dari bek tangguh hingga gelandang kreatif, kisah mereka campur antara penyesalan dan pelajaran berharga bagi generasi baru. INFO SLOT
Reinier Jesus: Brasil yang Hilang Kilau: 9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan
Reinier Jesus tiba di Madrid pada 2020 sebagai bintang Flamengo berusia 18 tahun, dibeli 30 juta euro setelah bintangi timnas U-17 Brasil. Dihitung sebagai penerus Vinicius Jr., ia pinjam ke Borussia Dortmund lalu Granada, tapi cedera lutut parah hantam karirnya. Hanya satu penampilan untuk tim utama Castilla, Reinier pulang ke Brasil gratis pada 2024, gabung Atletico Mineiro. Kini 23 tahun, ia main reguler di Serie A Brasil tapi jauh dari level Eropa. Madrid pertahankan hak prioritas, tapi tampaknya ia tak lagi prioritas. Kisahnya jadi contoh bagaimana transfer ambisius gagal adaptasi di bawah bayang superstar.
Royston Drenthe: Sayap Belanda yang Terlalu Cepat Padam: 9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan
Royston Drenthe gabung Madrid pada 2007 dari Feyenoord, usia 20 tahun, setelah bintangi Euro U-21 Belanda. Bek sayap lincah ini debut di La Liga musim itu, cetak gol ikonik lawan Mallorca, tapi tekanan Galacticos bikin ia kehilangan arah. Hanya 67 laga dalam lima tahun, penuh pinjaman ke Hercules dan Everton. Setelah tinggalkan Madrid, karirnya nomaden: 12 klub dari Inggris hingga Turki, sampe main amatir di Belanda. Pada 2025, berusia 38, Drenthe pensiun dini dan kini jadi podcaster sepak bola. Bakat mentahnya tak cukup lawan disiplin klub, jadikan ia simbol era transfer impulsif Perez.
Sergio Canales: Gelandang Spanyol yang Terlambat Melejit
Sergio Canales datang dari Racing Santander pada 2010, 19 tahun, setelah musim debut 6 gol di La Liga. Dianggap pewaris Xabi Alonso, ia debut cepat tapi cedera hamstring kronis batasi kontribusi—hanya 25 laga. Pinjam ke Valencia selamatkan karirnya, dan kini 34 tahun, Canales kapten Betis dengan 300+ laga La Liga. Madrid untung besar jual 3 juta euro, tapi Canales akui tekanan Bernabeu bikin ia matang di tempat lain. Pada 2025, ia masih andalan Spanyol di Nations League, bukti talenta Madrid berkembang optimal di luar sorotan utama.
Alvaro Medran: Pivot yang Hilang di Pinggiran
Alvaro Medran naik dari La Fabrica pada 2014, gelandang bertahan mirip Casemiro muda. Debut di Copa del Rey lawan Cultural Leonesa, tapi kompetisi ketat bikin ia pinjam ke Borussia Dortmund II dan Trencin. Hanya 4 laga tim utama, Medran tinggalkan gratis 2017 ke Leganes. Kini 30 tahun, ia main di Huesca Segunda Division, total karir 200+ laga tapi tak pernah sentuh level top. Cedera dan kurang fisik jadi penghalang; kisahnya tunjukkan betapa sulitnya tembus lini tengah Madrid yang penuh bintang internasional.
Nacho Monreal: Bek Kiri yang Lari ke Arsenal: 9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan
Nacho Monreal gabung Castilla 2009 dari Osasuna, bek kiri andal yang debut tim utama 2010. Dua musim, 21 laga, tapi bayang Marcelo bikin ia pindah ke Malaga lalu Arsenal 2013. Di Inggris, ia jadi legenda 312 laga, juara FA Cup. Pensiun 2023 usia 37, kini asisten pelatih Osasuna. Madrid lepas talenta solid murah, tapi Monreal bukti wonderkid La Fabrica sukses besar di luar—total 500+ laga profesional, jauh dari ingatan fans Madrid.
Francisco ‘Kiko’ Casilla: Kiper yang Terlupakan di Leeds: 9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan
Kiko Casilla naik Castilla 2007, kiper utama cadangan sejak 2015. Debut 2015 lawan Espanyol, tapi Keylor Navas blokir jalan. 25 laga tim utama, penuh kontroversi rasisme 2019 bikin ia pinjam Leeds. Kini 38 tahun, main di Granada Segunda, karir 400+ laga tapi tak ikonik. Cedera dan kesalahan fatal jadi momok; pada 2025, ia cerita di podcast bahwa tekanan Madrid bikin ia ragu diri, meski tetap bangga lulusan akademi.
Martin Odegaard: Norwegia Muda yang Pinjam Berujung Arsenal
Odegaard tiba 2015 usia 16 dari Stromsgodset, rekor termuda debut Madrid. Hanya 2 laga sebelum pinjaman ke Heerenveen, Vitesse, Real Sociedad. Tinggalkan 2021 ke Arsenal 35 juta euro, kini 26 tahun kapten Gunners dengan 200+ laga Premier League. Bakat visionernya mekar di Inggris, cetak 30+ gol. Madrid untung finansial, tapi Odegaard akui adaptasi gagal karena terlalu muda hadapi bintang seperti Modric. Kisah suksesnya jadi ironis: wonderkid terlupakan yang kini rival utama.
Borja Mayoral: Penyerang yang Tak Pernah Konsisten
Borja Mayoral dari Castilla 2015, striker muda dengan 20+ gol musim itu. Debut tim utama 2016, tapi pinjaman Wolfsburg dan Levante tak bantu. Tinggalkan 2019 ke Getafe, kini 28 tahun cetak 50+ gol La Liga tapi tak pernah starter reguler. Pada 2025, ia pinjam ke Las Palmas, karir stagnan di level menengah. Kurang fisik dan finishing jadi kelemahan; Madrid lepas potensi murah, tapi Mayoral tunjukkan betapa sulitnya bersaing dengan Benzema era.
Omar Mascarell: Gelandang yang Hilang di Rusia
Omar Mascarell naik La Fabrica 2013, gelandang bertahan debut Copa 2014. Hanya 2 laga sebelum pinjaman Sporting Lisbon dan Las Palmas. Tinggalkan 2016 ke Schalke, kini 31 tahun main di Elche Segunda setelah masa di Rusia dengan Krasnodar. Total 200+ laga karir, tapi tak pernah elite. Cedera dan kurang kreativitas batasi; pada 2025, ia akui Madrid terlalu kompetitif, jadikan Mascarell contoh talenta akademi yang lenyap ke liga minor.
Kesimpulan: 9 Pemain Wonderkid Real Madrid yang Sudah Terlupakan
Sembilan wonderkid ini—dari Reinier hingga Mascarell—ceritakan sisi gelap La Fabrica: bakat melimpah tapi peluang tipis di skuad penuh bintang. Pada 2025, saat Madrid incar trofi ke-16 Liga Champions, kisah mereka ingatkan pentingnya kesabaran dan adaptasi. Beberapa seperti Odegaard bangkit di tempat lain, yang lain pudar di pinggiran. Bagi Alonso, ini pelajaran: integrasikan pemuda lebih awal, atau risiko ulangi sejarah. Madrid tetap raja Eropa, tapi wonderkid terlupakan ini bukti sukses tak selalu linear. Generasi baru punya kesempatan, asal tak ikut lenyap.