Apa Yang Membuat Son Heung-Min Susah Dibenci? Son Heung-Min, kapten Tottenham Hotspur dan bintang tim nasional Korea Selatan, adalah salah satu pemain sepak bola paling disukai di dunia. Sejak bergabung dengan Tottenham pada 2015, ia telah mencetak lebih dari 160 gol dan memenangkan hati penggemar global dengan keterampilan, kerja keras, dan kepribadiannya yang rendah hati. Hingga 2025, Son tetap menjadi figur yang sulit dibenci, bahkan oleh penggemar rival. Apa yang membuatnya begitu istimewa? Artikel ini mengulas faktor-faktor yang menjadikan Son Heung-Min begitu dicintai, menyoroti kemampuan di lapangan, sikap luar biasa, dan dampak budayanya dalam sepak bola.
Keterampilan dan Performa di Lapangan
Son Heung-Min adalah penyerang serba bisa dengan kemampuan mencetak gol dan menciptakan peluang. Kaki kiri dan kanannya sama-sama mematikan, seperti terlihat pada gol solo epiknya melawan Burnley pada 2019, di mana ia berlari dari area pertahanan sendiri untuk mencetak gol. Hingga 2025, ia telah mencatatkan lebih dari 100 gol di Premier League, termasuk memenangkan Sepatu Emas 2021-2022 dengan 23 gol, berbagi gelar dengan Mohamed Salah. Kecepatan, dribbling, dan visi permainannya, terutama saat bekerja sama dengan Harry Kane, menjadikannya ancaman konstan. Konsistensinya, dengan rata-rata 15 gol per musim, membuatnya dihormati tanpa memicu kebencian.
Etos Kerja dan Dedikasi
Son dikenal karena etos kerjanya yang luar biasa. Berasal dari Chuncheon, Korea Selatan, ia dilatih keras oleh ayahnya, mantan pesepak bola, untuk mengasah keterampilan sejak kecil. Di Tottenham, ia sering menjadi yang terakhir meninggalkan lapangan latihan, fokus pada finishing dan kebugaran. Dedikasinya terlihat saat ia bermain melalui cedera ringan atau menempuh penerbangan panjang untuk membela Korea Selatan, seperti di Piala Asia 2019. Bahkan setelah insiden kartu merah melawan Everton pada 2019, yang menyebabkan cedera André Gomes, Son menunjukkan penyesalan tulus, menambah simpati penggemar. Kerja kerasnya membuatnya sulit dikritik.
Kepribadian Rendah Hati dan Sportivitas
Kepribadian Son adalah salah satu alasan utama ia disukai. Ia selalu tersenyum, ramah dengan rekan tim, lawan, dan penggemar, serta jarang terlibat dalam kontroversi. Setelah mencetak gol, ia sering merayakan dengan hormat, seperti membungkuk kepada suporter atau mengacungkan jempol. Saat Tottenham kalah 7-2 dari Bayern Munich pada 2019, Son tetap berjabat tangan dengan lawan, menunjukkan sportivitas. Ia juga menghormati budaya klub rival, seperti saat memuji atmosfer Anfield setelah pertandingan melawan Liverpool. Sikapnya yang rendah hati membuatnya dianggap sebagai “pria baik” sepak bola, bahkan oleh fans Arsenal.
Dampak Budaya dan Representasi Asia
Son telah menjadi duta sepak bola Asia, menginspirasi jutaan penggemar di Korea Selatan dan beyond. Sebagai pemain Asia pertama yang memenangkan Sepatu Emas Premier League, ia mematahkan stereotip tentang atlet Asia di sepak bola Eropa. Keberhasilannya di Tottenham dan perannya sebagai kapten Korea Selatan di Piala Dunia 2022 meningkatkan popularitas sepak bola di Asia. Ia juga aktif dalam filantropi, menyumbang untuk pendidikan anak-anak di Korea Selatan dan mendukung komunitas lokal di London. Pada 2025, Son tetap menjadi panutan, menunjukkan bahwa pemain dari latar belakang non-tradisional bisa bersinar di panggung global.
Kepemimpinan dan Loyalitas: Apa Yang Membuat Son Heung-Min Susah Dibenci?
Sebagai kapten Tottenham sejak 2023, Son menunjukkan kepemimpinan yang inspiratif. Ia memimpin dengan teladan, seperti saat membimbing pemain muda seperti Brennan Johnson, dan tetap tenang di bawah tekanan, seperti dalam kemenangan dramatis atas Manchester City pada 2024. Loyalitasnya pada Tottenham, meski tanpa trofi besar hingga 2025, membuatnya dicintai fans Spurs. Ia menolak tawaran dari klub seperti Bayern Munich, memilih bertahan untuk membawa trofi ke Tottenham. Sikap ini, ditambah kemauannya mengambil tanggung jawab, seperti mengeksekusi penalti krusial, menambah rasa hormat terhadapnya.
Warisan dan Pengaruh: Apa Yang Membuat Son Heung-Min Susah Dibenci?
Warisan Son melampaui statistik. Ia telah mengubah persepsi tentang pemain Asia di Eropa, membuka jalan bagi talenta seperti Takehiro Tomiyasu dan Hwang Hee-chan. Dokumenter tentang perjalanannya dari Korea ke Premier League pada 2024 menyoroti kisahnya sebagai inspirasi. Pada 2025, di usia 32, Son tetap produktif, membantu Tottenham bersaing di papan atas Premier League. Pengaruhnya juga terlihat pada generasi muda, yang meniru gaya bermainnya yang lincah dan etos kerjanya. Son adalah bukti bahwa bakat, kerendahan hati, dan dedikasi bisa menciptakan ikon yang universal.
Kesimpulan: Apa Yang Membuat Son Heung-Min Susah Dibenci?
Son Heung-Min susah dibenci karena kombinasi keterampilan luar biasa, etos kerja tak kenal lelah, dan kepribadian rendah hati. Dari gol-gol spektakuler hingga sportivitasnya, ia memikat hati penggemar di seluruh dunia. Sebagai duta Asia dan kapten Tottenham, ia menunjukkan loyalitas dan kepemimpinan yang menginspirasi. Hingga 2025, Son terus bersinar, membuktikan bahwa seorang pemain bisa dicintai tidak hanya karena prestasi, tetapi juga karena karakternya yang tulus, menjadikannya salah satu figur paling disukai dalam sepak bola modern.