MOTM AC Milan VS Lecce. Malam yang cerah di San Siro berubah jadi pesta bagi AC Milan saat mereka menggasak Lecce 3-0 di babak 32 besar Coppa Italia pada 24 September 2025 dini hari WIB. Kemenangan telak ini mengirim Rossoneri ke babak 16 besar, melanjutkan momentum positif di bawah Massimiliano Allegri yang sudah meraih empat kemenangan beruntun di semua kompetisi. Lecce, yang bermain dengan 10 orang sejak menit ke-18, tak punya daya tangkal melawan serangan Milan yang fluid. Di tengah sorotan, Adrien Rabiot muncul sebagai jangkar lini tengah, meski gelar Man of the Match jadi perdebatan panas antara ia dan Alexis Saelemaekers. Laga ini bukan hanya soal lolos, tapi bukti kedalaman skuad Milan yang siap tempur di Serie A melawan Napoli akhir pekan ini. BERITA BOLA
Apa Itu MOTM: MOTM AC Milan VS Lecce
MOTM, atau Man of the Match, adalah penghargaan untuk pemain yang paling mendominasi dan berpengaruh dalam sebuah pertandingan sepak bola. Dipilih berdasarkan statistik seperti passing accuracy, duel dimenangkan, peluang diciptakan, plus dampak keseluruhan dari pakar, fans, atau platform seperti FotMob. Di kompetisi knockout seperti Coppa Italia, MOTM sering jatuh ke tangan pemain yang tak hanya cetak angka, tapi juga kendalikan tempo dan bantu tim lewati tekanan. Bagi Milan, gelar ini jadi cara rayakan kontribusi individu di tengah tim yang solid, dan malam ini, ia memicu diskusi seru soal siapa yang benar-benar ubah wajah laga.
Siapakah MOTM Dalam Pertandingan Tersebut
Adrien Rabiot secara luas diakui sebagai Man of the Match, meski beberapa pengamat sebut co-MOTM dengan Alexis Saelemaekers. Gelandang Prancis berusia 30 tahun itu dapat rating 8.5 dari FotMob—tertinggi di lapangan—berkat peran krusialnya sebagai pengatur lalu lintas di lini tengah. Tanpa Luka Modrić yang absen, Rabiot jadi pemimpin alami, dengan passing accuracy 96 persen dari 72 umpan, termasuk assist kunci untuk gol pembuka Santiago Giménez di menit ke-25. Ia juga hampir cetak gol sendiri saat sundulannya membentur tiang di menit ke-40, dan total enam tembakan menunjukkan ambisinya. Rabiot menang 9 dari 12 duel individu, ciptakan tiga peluang besar, dan stabilkan ritme Milan pasca-kartu merah Jamil Siebert untuk Lecce. “Rabiot adalah leader malam ini,” tulis analis, menekankan bagaimana ia gantikan peran Modrić dengan mulus. Saelemaekers, dengan cross akurat dan dua peluang, layak puji, tapi Rabiot-lah yang bikin tim jalan seperti jam—terutama di babak kedua saat Lecce coba bangkit.
Bagaimana Peforma Rabiot Dalam Pertandingan Tersebut
Adrien Rabiot tampil seperti veteran juara sejak peluit awal, langsung ambil alih lini tengah dengan visi permainan tajam. Bermain di trio midfield bareng Samuele Ricci dan Youssouf Fofana dalam formasi 3-5-2, ia drop deep untuk bantu build-up dari belakang, sambungkan pertahanan dengan serangan. Di menit ke-12, ia lepaskan tembakan keras dari luar kotak yang dipaksa kiper Lecce, Filip Fruchtl, lakukan save gemilang—sinyal awal dominasinya. Kartu merah Siebert di menit ke-18, setelah VAR konfirmasi pelanggaran Nkunku, buka ruang lebih, dan Rabiot langsung manfaatkan: umpan terobosan presisi ke Davide Bartesaghi di menit ke-25, yang cross ke Giménez untuk gol 1-0. Assist itu lahir dari visi Rabiot yang baca ruang sempurna, xA-nya 0.8 menurut stats.
Babak pertama lanjut dengan Rabiot sebagai motor: ia lepas empat umpan kunci, termasuk yang set up sundulan Saelemaekers yang melebar. Puncaknya di menit ke-40—header dari cross Christian Pulisic membentur tiang, nyaris jadi gol keduanya musim ini. Stat babak pertama: 38 sentuhan, 95 persen akurasi umpan, dan tiga intersepsi yang potong serangan Lecce. Babak kedua, saat Milan turunkan tempo, Rabiot tetap tajam—ia set up gol kedua Nkunku di menit ke-52 lewat one-two halus dengan Loftus-Cheek, meski tak resmi assist. Gol ketiga Giménez di menit ke-68 juga punya jejak Rabiot, yang ciptakan overload di sayap kanan. Meski capek di akhir—akurasi turun ke 90 persen—ia menang duel krusial lawan Lameck Banda, cegah counter Lecce. Total: enam tembakan (dua tepat sasaran), empat duel udara dimenangkan, dan zero kesalahan passing krusial. Rating Sofascore 8.6, dengan komentar Allegri: “Rabiot kasih stabilitas yang kami butuh, terutama tanpa Modrić.” Performa ini kontras dengan musim lalu di Marseille, di mana ia kesulitan adaptasi—sekarang, sebagai rekrutan baru Milan, ia sudah jadi tulang punggung, sinergis dengan Pulisic dan Giménez di depan. Lecce, dengan 10 orang, kebobolan 3 gol dari 12 peluang Milan, dan Rabiot jadi mimpi buruk mereka sepanjang 90 menit.
Kesimpulan: MOTM AC Milan VS Lecce
Kemenangan 3-0 atas Lecce jadi batu loncatan sempurna bagi AC Milan menuju laga Serie A kontra Napoli. Adrien Rabiot sebagai MOTM bukti betapa transfernya dari Marseille jadi investasi cerdas—ia tak cuma ganti Modrić, tapi angkat level seluruh lini tengah. Dengan clean sheet keenam beruntun dan 13 gol di lima laga terakhir, Rossoneri di bawah Allegri tampak tak tergoyahkan, meski Lecce gigih dengan 10 orang. Nkunku dan Giménez tambah percaya diri, sementara talenta muda seperti Bartesaghi tunjukkan kedalaman. Bagi fans San Siro, malam ini janji musim penuh trofi—Coppa Italia baru awal, dan dengan Rabiot di jantung tim, mimpi Scudetto 2025-26 makin dekat.