Pep Guardiola Marahi Pemain Man City Usai Kalah Dari Newcastle. Malam dingin di St James’ Park berubah jadi mimpi buruk bagi skuad biru langit setelah kalah 2-1 dari Newcastle United di pekan ke-12 Liga Utama Inggris, Sabtu 22 November 2025. Harvey Barnes jadi algojo dengan brace-nya di babak kedua, sementara Rúben Dias sempat samakan kedudukan untuk tamu. Kekalahan ini hentikan momentum City usai jeda internasional, tinggalkan mereka tertinggal empat poin dari pemuncak klasemen. Tapi sorotan utama jatuh pada pelatih Pep Guardiola, yang tampak mendidih amarahnya pasca-peluit akhir. Ia terlibat adu argumen sengit dengan kapten lawan Bruno Guimarães, wasit Sam Barrott beserta asistennya, bahkan sempat berdebat dengan operator kamera. “Ini pertandingan ketat, banyak peluang, tapi kami tak bisa selesaikan,” ujarnya singkat ke media, nada suaranya campur frustrasi dan tegas. Reaksi panas ini bukan sekadar emosi sesaat—ia jadi cerminan tekanan yang menumpuk di bahu sang taktisi berusia 54 tahun. INFO CASINO
Jalannya Pertandingan yang Penuh Drama: Pep Guardiola Marahi Pemain Man City Usai Kalah Dari Newcastle
Babak pertama berlangsung seimbang, dengan City kuasai bola 68 persen tapi gagal ubah dominasi jadi gol. Mereka punya 17 tembakan, termasuk peluang emas Erling Haaland yang diblok Tino Livramento, sementara kiper Gianluigi Donnarumma—baru pulih dari cedera—selamatkan tim dari serangan balik Newcastle. Skor 0-0 hingga turun minum, meski City tuntut penalti atas pelanggaran pada Phil Foden yang diabaikan VAR. Babak kedua meledak di menit ke-63: Barnes buka skor lewat tendangan akurat dari umpan Guimarães. City balas cepat via sundulan Dias dari sepak pojok, tapi kegembiraan tak lama—hanya tujuh menit kemudian, Barnes cetak brace usai sontek bola di kotak penalti. Kontroversi meledak saat gol kedua: City protes keras karena dugaan pelanggaran Guimarães pada Donnarumma di build-up, tapi VAR biarkan gol berdiri setelah review panjang. Guardiola gelar perubahan taktik, masukkan pemain segar, tapi pertahanan Newcastle kokoh hingga akhir. Statistik akhir tunjukkan efisiensi Magpies: sembilan tembakan hasilkan dua gol, bandingkan City yang tumpul di depan gawang.
Reaksi Panas Guardiola Pasca-Laga: Pep Guardiola Marahi Pemain Man City Usai Kalah Dari Newcastle
Peluit akhir jadi pemicu ledakan emosi Guardiola. Ia langsung dekati Guimarães untuk diskusi panas yang berlangsung hampir dua menit, di mana keduanya tampak saling tatap tajam—Guardiola tanya soal insiden dengan Donnarumma, sambil puji kualitas sang kapten. Tak puas, ia lanjut ke wasit Barrott dan asistennya, tuntut penjelasan atas keputusan VAR yang ia anggap merugikan. Puncaknya, sang pelatih berhenti di depan operator kamera Sky Sports, berdebat sengit soal posisi rekaman yang katanya mengganggu. “Mereka tahu persis apa yang terjadi,” katanya ke BBC, tolak salahkan wasit secara terbuka meski jelas kesal. Ini bukan pertama kalinya Guardiola tunjukkan sisi tempramentalnya—mirip insiden serupa musim lalu kontra Bournemouth. Tapi malam ini, amarahnya lebih terasa karena kekalahan ini langka: hanya yang kedua sejak akhir Agustus. “Newcastle tim top, pemain top, manajer top. Sayang kami tak pertahankan momentum,” tambahnya, suara datar tapi mata menyala.
Dampak Kekalahan bagi City dan Posisi Guardiola
Kekalahan ini sengat dalam bagi City, yang kini tertinggal empat poin dari Arsenal—rival yang bisa perlebar jarak saat hadapi Tottenham Minggu ini. Di klasemen, mereka turun ke posisi ketiga dengan 25 poin dari 12 laga, meski tetap tak terkalahkan di Liga Juara Eropa dengan 10 poin dari empat pertandingan. Moral skuad terpukul, terutama lini depan yang cetak 24 gol liga tapi tumpul malam itu—hanya empat tembakan tepat sasaran dari 17 upaya. Bagi Guardiola, tekanan bertambah: musim ini target pertahankan gelar, tapi start lambat pasca-jeda internasional jadi pengingat akan kerentanan. Ia akui performa tim “sangat baik” secara keseluruhan, tapi kritik tajam soal finishing: “Pemain kami punya kualitas, tapi harus cetak lebih banyak.” Di sisi Newcastle, kemenangan ini angkat Eddie Howe capai 100 kemenangan sebagai pelatih—momen manis yang redakan tekanan degradasi. Bagi City, ujian berikutnya adalah kunjungan ke Bayer Leverkusen di Liga Juara Eropa Selasa nanti, di mana Guardiola butuh cepat pulihkan kepercayaan diri.
Kesimpulan
Amarah Guardiola pasca-kalah dari Newcastle bukan sekadar ledakan emosi, tapi sinyal bahwa City butuh introspeksi mendalam. Dengan musim panjang di depan—termasuk duel krusial liga dan Eropa—sang pelatih harus ubah frustrasi jadi bahan bakar. Kekalahan 2-1 ini beri pelajaran pahit soal efisiensi, tapi juga bukti ketangguhan rival seperti Newcastle. Guardiola, yang tolak buat alasan, tetap yakin: “Musim ini panjang.” Bagi fans City, ini momen untuk bersabar; bagi sang taktisi, saatnya aksi nyata di lapangan. Jika ia bisa salurkan amarah ini jadi motivasi, City masih punya peluang kuasai liga lagi. Tapi tanpa perubahan cepat, jarak dengan puncak bisa makin lebar. Sepak bola memang kejam, dan malam di Tyneside ini jadi pengingat itu.