Vietnam Sorot Pemecatan Indra Keputusan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) untuk mengakhiri kerja sama dengan pelatih Indra Sjafri pasca-kegagalan di SEA Games 2025 ternyata tidak hanya mengguncang publik tanah air. Kabar ini bergema hingga ke negara tetangga, khususnya Vietnam, yang selama ini menjadi rival terberat Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Media-media olahraga ternama di Vietnam memberikan porsi pemberitaan khusus mengenai pemecatan ini. Mereka tidak hanya memberitakan faktanya, tetapi juga menyajikan analisis tajam—dan terkadang pedas—mengenai alasan di balik keputusan drastis tersebut. Sorotan utama mereka tertuju pada satu paradoks besar: bagaimana seorang pelatih bisa gagal total padahal dibekali dengan skuad yang disebut-sebut sebagai “Generasi Emas” terkuat yang pernah dimiliki Indonesia dalam satu dekade terakhir.
Skuad Mewah yang Mubazir
Poin kritik utama yang diangkat oleh media Vietnam adalah kualitas materi pemain Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025. Jurnalis olahraga Vietnam secara terbuka menyebut bahwa di atas kertas, Indonesia memiliki kedalaman skuad yang jauh lebih mewah dibandingkan Vietnam maupun Thailand. Kehadiran deretan pemain yang merumput di liga luar negeri (abroad) dan pemain naturalisasi di level kelompok umur seharusnya menjadi jaminan mutu untuk meraih medali emas.
Salah satu media Vietnam menuliskan headline yang menohok, menyebut bahwa Indra Sjafri “menyia-nyiakan senjata ampuh”. Mereka menyoroti bahwa dengan talenta individu sekelas Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, dan beberapa pemain keturunan yang baru bergabung, Indonesia seharusnya bisa mendominasi setiap pertandingan dengan mudah. Kegagalan memaksimalkan potensi individu-individu berbakat ini dianggap sebagai dosa terbesar sang pelatih, yang dinilai gagal meramu bintang-bintang tersebut menjadi satu kesatuan tim yang menakutkan.
Gaya Bermain: Kuno dan Tidak Mengesankan Vietnam Sorot Pemecatan Indra
Kritik paling tajam dari pengamat sepak bola Vietnam menyasar pada aspek taktikal. Gaya bermain yang diterapkan Indra Sjafri dinilai “tidak mengesankan” dan cenderung monoton. Media Vietnam, yang terbiasa melihat timnas mereka bermain dengan struktur organisasi yang rapi dan disiplin tinggi, menilai permainan Indonesia di bawah asuhan Indra Sjafri terlihat tanpa arah yang jelas. (berita olahraga)
Mereka menyoroti ketiadaan pola serangan yang terstruktur. Indonesia dinilai terlalu mengandalkan kemampuan individu pemain atau momen magis sesaat, bukan build-up play yang sistematis dari kaki ke kaki. Strategi “Long Ball” atau umpan panjang langsung ke depan yang sering diperagakan dianggap sudah usang untuk level sepak bola modern Asia Tenggara. Ketika menghadapi tim dengan pertahanan rapat seperti Vietnam atau Thailand, taktik ini terbukti buntu dan mudah dibaca. “Indonesia punya pemain Ferrari, tapi dikemudikan seperti angkutan kota,” tulis salah satu kolomnis opini di media Vietnam, menggambarkan betapa jauhnya ketimpangan antara kualitas pemain dan kualitas taktik.
Tekanan Publik dan Standar Tinggi PSSI
Media Vietnam juga menyoroti betapa “panasnya” kursi pelatih Timnas Indonesia. Mereka memuji keberanian PSSI yang dinilai tidak lagi menoleransi kegagalan, bahkan terhadap pelatih lokal yang memiliki sejarah manis sekalipun. Pemecatan ini dilihat sebagai sinyal bahwa standar sepak bola Indonesia telah meningkat; sekadar masuk semifinal atau final tidak lagi cukup jika permainan yang ditampilkan mengecewakan.
Analisis dari Vietnam menyebutkan bahwa tekanan suporter Indonesia yang masif di media sosial turut andil dalam mempercepat keputusan ini. Mereka membandingkan situasi ini dengan apa yang terjadi di Vietnam, di mana ekspektasi tinggi publik sering kali menjadi pedang bermata dua bagi pelatih. Bagi media Vietnam, langkah PSSI memecat Indra Sjafri adalah langkah logis untuk menyelamatkan potensi generasi emas agar tidak layu sebelum berkembang di tangan pelatih yang taktiknya sudah terbaca lawan.
Pelajaran bagi Rivalitas ASEAN
Ulasan panjang media Vietnam ini ditutup dengan sebuah peringatan bagi timnas mereka sendiri. Pemecatan Indra Sjafri dan potensi kedatangan pelatih baru yang lebih berkualitas (seperti isu John Herdman yang dibahas sebelumnya) dianggap sebagai ancaman serius di masa depan. Mereka menyadari bahwa jika “Skuad Mewah” Indonesia ini jatuh ke tangan pelatih yang tepat secara taktik, Indonesia akan berubah menjadi monster yang sulit dikalahkan.
Bagi Vietnam, kegagalan Indra Sjafri adalah keuntungan sesaat karena rival mereka sedang dalam masa transisi. Namun, mereka juga waspada bahwa “Raksasa Tidur” di selatan sedang berbenah dengan sangat agresif.
Kesimpulan Vietnam Sorot Pemecatan Indra
Sorotan media Vietnam terhadap pemecatan Indra Sjafri memberikan perspektif luar yang objektif sekaligus menyakitkan. Mereka melihat apa yang mungkin luput dari pandangan internal: bahwa masalah utama bukan pada kualitas pemain, melainkan pada bagaimana pemain-pemain tersebut dimainkan.
Artikel-artikel dari Vietnam ini mengonfirmasi bahwa keputusan PSSI, meski terlihat kejam, adalah langkah yang dipahami oleh komunitas sepak bola internasional sebagai upaya perbaikan. Kini, tantangan bagi penerus Indra Sjafri adalah membuktikan bahwa analisis media Vietnam tentang “Gaya Bermain Tak Mengesankan” itu bisa diubah menjadi permainan cantik yang menghasilkan trofi.